KOMPETENSI AHLI GIZI
Dalam jangka waktu tiga tahun selama masa pendidikan di Akademi Gizi, mahasiswa
dibekali dengan berbagai pengetahuan keprofesian ahli gizi, baik dalam bentuk
kuliah di kelas, praktek laboratorium ataupun praktek kerja nyata di latar pekerjaan
sesungguhnya yaitu di pemukiman pedesaan, di rumah sakit, perusahaan-
perusahaan makanan/minuman, usaha jasa boga, panti sosial, dan tempat2 yang
menyelengarakan makanan masal. Secara garis besar ada berbagai kemampuan
yang telah dipunyai dan dikembangkan ahli gizi, yaitu :
dalam kelompok ilmu gizi klinik dan dietetika
dalam kelompok ilmu gizi masyarakat
dalam kelompok ilmu gizi di institusi
dalam kelompok ilmu komunikasi dan konsultasi gizi
dalam kelompok ilmu teknologi pangan
Selama menjalani proses belajar mengajar mahasiswa diharapkan menggali dan
memperoleh pengetahuan dan ketrampilan yang cukup, bahkan lebih, untuk bekerja
tersebut di atas kelak. Namun demikian mereka juga diharapkan mencari
pengalaman dan kemampuan di bidang lain, atau berkaitan dengan bidang gizi. Kita
juga meyakini bahwa banyak diantara individu lulusan Akademi Gizi yang mempunyai
kelebihan terpendam yang selama ini kurang terdeteksi, baik oleh dirinya sendiri
maupun oleh orang lain. Kemapuan khusus ini belum dimanfaatkan oleh dirinya
sendiri, apabila kalau kemapuan ini tidak atau jarang dipunyai orang lain. Nilai
tambah dan positif inilah yang seharusnya kita gali sebanyak-banyaknya.
Kemampuan & Ketrampilan Profesional
Disebut kemampuan profesional, karena selama pendidikan memang dilatih dan
diarahkan untuk menjadi tenaga profesi. Seorang ahli gizi pencari kerja harus
mampu menunjukkan kemampuan profesional dihadapan penyedia pekerjaan.
Dengan berbagai mata kuliah yang diberikan selama pendidikan maka ahli gizi
mempunyai kemampuan profesional yang mencerminkan lima kelompok ilmu di atas.
Mereka antara lain mampu bekerja sebagai ahli diet di rumah sakit, sebagai
konsultan atau konselor gizi, sebagai pengelola dan pelaksana unit gizi rumah sakit,
sebagai pengelola atau penyelia/supervisor di usaha jasa boga, tenaga penyuluh
masalah gizi/kesehatan, peneliti di bidang gizi/kesehatan, penulis/wartawan dibidang
gizi/kesehatan, tenaga pemasaran produk-produk makanan/obat, pengendali mutu
pruduk (quality control) pada perusahaan makanan/minuman, bahkan sebagai
penasehat gizi di keluarga.
Kemampuan-kemampuan ini terus bertambah sesuai dengan bertambahnya
pengalaman dalam bekerja, maupun sebagai hasil dari proses belajar terus menerus.
Sebagai seorang profesional maka proses belajar harus dilakukan seumur hidup,
sehingga ahli gizi selalu berada dalam tataran kompetitif (“competitive edge”).
Predikat ahli gizi unggulan harus diraih dengan terus belajar atau dengan kata lain
ahli gizi harus menjadi pembelajar unggulan juga.
Setelah selesai pendidikan, bidang pekerjaan yang dapat ditekuni dengan berbekalilmu yang telah diterima ternyata tidak hanya dalam lingkungan gizi/kesehatan.
Sebagian lulusan mampu bekerja dibidang non-gizi/kesehatan seperti sebagai ahli
masak/kuliner, karyawan bank, sekretaris, ataupun tenaga pemasaran produk-
produk non kesehatan. Hal ini membuktikan bahwa kuliah di Akademi Gizi ternyata
tidak hanya akan memperoleh ilmu dibidang gizi, tetapi juga mampu membuka
cakrawala cara berpikir yang dapat diterapkan di bidang lain. Dari pengamatan dan
penelusuran yang dilakukan dapat dilihat bahwa banyak instansi atau perusahaan
yang mempunyai lowongan pekerjaan tidak mengiklankan secara spesifik jenis
tenaga yang dibutuhkan dan ijazah apa. Tetapi penyedia pekerjaan mengiklankan
bahwa mereka membutuhkan lulusan D-III atau S-1, tanpa mencantumkan dari
akademi atau fakultas apa. Ini tentu saja membuka kesempatan bagi lulusan
Akademi Gizi untuk mem-perebutkan lowongan itu. Bukti-bukti otentuk
mengungkapkan bahwa lulusan Akademi Gizi cukup handal untuk bekerja di luar
bidang gizi atau kesehatan. Kemampuan dibidang manajemen dan komunikasi,
terutama kemampuan berbahasa Inggris dan mengoperasikan komputer yang
diberikan selama kuliah, turut memberikan dukungan terhadap kemampuan bersaing
diluar profesi gizi.
Mengatur Kemampuan & Keterampilan Diri
Banyak yang tidak atau kurang menyadari bahwa setiap orang telah diberkahi
dengan kepandaian atau ketrampilan alami, dan ini merupakan suatu kelebihan.
Seseorang mempunyai kelebihan/kekurangan yang boleh jadi samasekali berbeda
dengan kelebihan/kekurangan yang dimiliki orang lain.
Adalah sangat menguntungkan kalau orang mengetahui apa kelebihan/kekurangan
kita, sehingga dia dapat memanfaatkan hal itu dalam mencari pekerjaan atau dalam
bekerja. Kelabihan/kekurangan yang tidak diketahui itu mungkin justru diketahui
oleh orang lain atau dosen atau oleh orang-tuanya. Oleh karena itu diskusi dengan
orang-orang tersebut perlu sering dilakukan. Jangan menutup diri dan bersikap tidak
tahan kritik. Nasehat orang disekitar kita perlu didengar, pengamatannya perlu
digali.
Dengan demikian kita mengetahui apa sebensrnya kelebihan/kekurangan kita. Dari
diskusi mungkin akan dijumpai wawasan dan visi yang berbeda yang dapat
memberikan inspirasi bagi kita dalam mencari pekerjaan. Kelebihan yang dipunyai
oleh seseorang tentu tidak ada artinya bila tidak dimanfaatkan.
Sebaliknya kekurangan diri yang tidak segera diatasi, bisa menjadi penghalang
dalam mencari pekerjaan ataupun dalam bekerja. Perlu diingat bahwa keberhasilan
seseorang bukan karena pendidikan, bukan pula karena kejeniusan, bukan pula
karena bakat, tetapi semata-mata karena ketekunan.
LAHAN KERJA
PROSPEKTIF
Banyak lahan kerja yang dapat menampung ahli gizi. Bahkan dalam berbagai
penerbitan internasional dikatakan bahwa nutrisionis dan ahli diet mempunyai
kemampuan profesi yang paling signifikan dalam menghadapi perubahan gaya hidup
yang semakin cepat. Beberapa hal berkaitan dengan makanan yang mencuat akhir-
akhir ini menunjukkan bahwa ahli gizi semakin diperlukan oleh masyarakat, karena
pengetahuan dan ketrampilannya yang unik dibandingkan dengan profesi lain.
Beberapa hal yang menjadi perhatian tersebut sebagian memang sudah lama
menjadi bagian kegiatan ahli gizi dan bahkan menjadi program Departemen
Kesehatan atau Lembaga Swadaya Masyarakat. Tetapi sebagian lagi merupakan hal-
hal baru yang juga harus menjadi perhatian ahli gizi. Terdapat berbagai lahan utama
yang dapat menjadi tempat kerja prospektif bagi ahli gizi dewasa ini. Lahan-lahan
tersebut adalah :
Bidang Gizi Klinik & Dietetika
Dewasa ini sudah banyak ahli gizi bekerja di rumah sakit. Hampir semua rumah sakit
di Indonesia dari berbagai kelas telah mempekerjakan ahli gizi. Selama pendidikan,
baik tatap muka di kelas maupun dalam diskusi dan praktek, ahli gizi telah dibekali
pengetahuan dan ketrampilan cukup dalam bidang dietetika. Dalam riwayat
berdirinya Akademi Gizi pun pekerjaan utama ahli gizi pada awalnya adalah
sebagian dietisien di runmah sakit. Namun pengetahuan dan ketrampilan dietetika
tidak akan pernah cukup, karena ilmu dan teknologi yang senantiasa berubah dan
bertambah. Semakin banyak tantangan yang harus dihadapi oleh mereka yang
bekerja sebagai ahli gizi di rumah sakit. Persiapan untuk bekerja di bidang ini harus
dilakukan sedini mungkin dan peningkatan diri dalam ilmu-ilmu yang berkaitan
dengan dietetika harus selalu dilakukan. Antara lain dengan membaca buku-buku
terbitan baru, jurnal-jurnal dalam negeri dan luar negeri, mengikuti seminar-seminar
yang berkaitan dengan masalah gizi/dietetika dll. Kompetitor di rumah sakit adalah
profesi lain yang tangguh di bidang ini. Kepercayaan diri perlu ditingkatkan, karena
lowongan bekerja di bidang ini akan semakin besar.
Bidang Jasaboga
Berbagai perubahan dalam gaya hidup individu di masyarakat, mengakibatkan makin
banyaknya orang yang tidak dapat berada di rumah pada waktu jam makan. Hal ini
berdampak pada meningkatnya usaha jasa boga baik yang melayani makan
karyawan pabrik dan perkantoran, makan rantang untuk perumahan baik rantangan
diet ataupun makanan biasa, juga makanan untuk acara khusus seperti pesta,
selamatan dan darmawisata. Dalam bidang ini ahli gizi dapat berperan sebagai
pemilik, konsultan ataupun sebagai karyawan usaha jasa boga. Sebagai pemilik atau
konsultan, seorang ahli gizi telah dibekali kemampuan manajemen dalam mengelola
suatu usaha secara mandiri dan juga telah mempunyai pengetahuan kuliner, gizi dan
pangan yang cukup untuk menangani bidang jasa boga. Sebagai karyawan usaha
jasa boga, seorang ahli gizi mempunyai kemampuan untuk menjadi pengelola/
penyelia dari kegiatan harian usaha jasa boga, seperti di bidang perencanaan,
pengadaan, pruduksi, distribusi ataupun dibidang pengawasan mutu. Perlu diingat
bahwa bagaimanapun jasaboga adalah usaha komersial yang mencari keuntungan.
Pemilik senantiasa akan memperhitungkan keuntungan dan kerugian apabila
mempekerjakan ahli gizi. Masuknya ahli gizi dalam bidang ini relatif masih baru. Oleh
karena itu seorang ahli gizi harus benar-banar mampu menunjukkan perannya yang
spesifik dalam menunjang kemampuan perusahaan.
Bidang gizi Olahraga
Dewasa ini olahraga sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Masyarakat
mulai sadar untuk berolahraga sehingga muncul ungkapan “tiada hari tanpa
olahraga”. Namun demikian banyak orang belum mengetahui kaitan antara makanan
dan olahraga, bagaimana meraih prestasi yang baik dengan mengatur makanan
mereka. Masih sangat jarang ahli gizi masuk dalam suatu tim olahraga. Dalam satu
tim olahraga biasanya terdapat seorang pelatih, seorang dokter, seorang ahli pijat,
seorang manajer, dan kadang-kadang juga seorang psikolog. Mereka jelas sangat
diperlukan untuk keberhasilan pertandingan, tetapi profesi ahli gizi yang banyak
menentukan hasil pertandingan masih belum mendapat tempat. Peluang masih
banyak di bidang ini, tetapi perlu perjuangan. Sekarang, mampukah ahli gizi
menunjukkan bahwa profesinya dibutuhkan di bidang olahraga sehingga mampu
meningkatkan prestasi? Untuk membuka peluang di bidang ini tentunya dapat
dimulai dengan berbagai cara. Antara lain membuat tulisan-tulisan di bidang gizi
olahraga yang dipublikasikan. Bila tulisan-tulisan tersebut dapat menyakinkan orang
yang berkecimpung dibidang olahraga, dengan sendirinya ahli gizi akan mendapat-
kan porsinya dibidang ini.
Bidang Kewartawanan Pangan & Gizi
Saat ini kebutuhan masyarakat akan pengetahuan gizi sangat besar dan beragam.
Hal ini dapat dilihat dari banyaknya rubrik gizi di berbagai macam penerbitan, baik
itu harian, tabloid ataupun majalah. Sebagian masyarakat membutuhkan bacaan
yang bersifat ilmiah, sebagian lagi membutuhkan bacaan ilmiah populer dan ada pula
yang membutuhkan bacaan ringan yang berisi pesan-pesan gizi. Hal ini perlu
diantisipasi dengan baik melalui penulisan-penulisan yang disesuaikan dengan
kebutuhan sasarannya. Rubrik olahraga banyak ditulis oleh wartawan yang tidak
banyak mengetahui seluk beluk gizi. Mereka berkonsultasi dengan ahli gizi sebelum
menurunkan tulisannya. Seorang ahli gizi telah dibekali ilmu yang cukup untuk
dituangkan dalam bentuk tulisan, baik tulisan yang sifatnya ilmiah, ilmiah populer
ataupun rubrik-rubrik singkat. Masalah sekarang adalah mencari peluang untuk
memperoleh tempat di redaksi suatu penerbitan, dan ini juga tergantung pada
seberapa jauh tulisan kita enak dibaca orang. Kalau kedua hal ini sudah di tangan,
maka tinggal kita menyediakan waktu untuk menulis secara teratur dengan topik
yang berbeda. Bidang ini masih dapat dikembangkan dengan membuka rubrik gizi di
radio dan televisi.
Bidang Gizi Keluarga
Sejalan dengan tingkat kemakmuran masyarakat, maka mereka membutuhkan
pelayanan di semua bidang. Pengalaman selama ini membutuhkan pelayanan di
semua bidang. Pengalaman selama ini mengungkapkan bahwa banyak keluarga kaya
yang membutuhkan seorang ahli gizi untuk dapat bekerja di suatu keluarga.
Keluarga itu membutuhkan seorang ahli untuk memantau dan memberi nasehat
anggota keluarganya dalam hal gizi atau karena adanya suatu penyakit tertentu.
Permintaan sudah ada, ahli gizi belum banyak memberikan respons yang
menggembirakan mereka. Banyak ahli gizi tidak tahu atau tidak percaya diri tentang
apa yang harus dikerjakan ketika harus bekerja dalam satu keluarga dan harus
menasehati dan memantau makanan mereka. Kemampuan berkomunikasi secara
persuasif sangat dibutuhkan dan dengan demikian, ahli gizi akan melihat secara
langsung dampak dari komunikasi gizi yang diberikannya. Disamping penguasaan
ilmu yang cukup dalam bidang gizi khususnya dietetika, semangat untuk menjadi
pelopor dan berkreasi seorang ahli gizi sangat diperlukan dan ditantang untuk
memenuhi kebutuhan ini.
Bidang Makanan Suplemen
Sejak satu dua dekade menjelang berakhirnya milenium ke dua telah muncul
macam-macam makanan suplemen (“food supplement”) dalam berbagai bentuk.
Fenomena ini banyak menimbulkan berbagai persepsi masyarakat, apakah mereka
juga membutuhkan suplement semacam ini, terlebih-lebih dipicu oleh gencarnya
iklan yang menunjukkan keunggulan tiap produk. Disamping itu muncul keraguan
masyarakat yang dipengaruhi oleh gaya hidup global juga makin mengemuka.
Keberadaan suplemen makanan ini dapat kita lihat di banyak pusat perbelanjaan
mewah atau mal ataupun bersama-sama dalam satu tempat dengan apotik. Produk
suplemen ini terdapat dalam bermacam-macam merek yang dikeluarkan oleh pabrik
yang berlainan. Sebagian besar diperoduksi di luar negeri, sebagian kecil di
Indonesia. Manfaat produk-produk ini masih sering diperdebatkan oleh banyak ahli,
termasuk ahli gizi. Untuk mengantisipasi hal-hal ini, maka pengalaman,
pengetahuan, dan ketrampilan lulusan Akademi Gizi akan mampu memberikan
penerangan kepada calon konsumen, supaya konsumen tidak terjebak dengan rasa
takut kalau tidak mengkonsumsi suplemen atau takut akibat buruk kalau
mengkonsumsi dan sebagainya. Disamping itu ahli gizi juga mempunyai kemampuan
untuk bekerja sebagai “sales representative” bagi produk-produk ini. Adalah
tantangan bagi ahli gizi untuk merebut pasar bagi pruduk-produk tertentu dengan
kemahiran berkomunikasi yang efektif tetapi efisien.
Bidang Penanggulangan Masalah Gizi
Di banyak negara berkembang, juga di Indonesia, masih terdapat empat masalah
gizi utama yaitu kurang energi protein (KEP), gondok endemik, anemia gizi besi, dan
kekurangan vitamin A yang menghambat program pembangunan khususnya dalam
menuju Indonesia sehat 2010. Bahkan karena krisis ekonomi berkepanjangan sejak
pertengahan tahun 1997, beberapa masalah gizi ini semakin parah. Dalam bidang ini
ahli gizi mempunyai kesempatan yang terbuka untuk membantu mereka yang
menyandang berbagai kelainan karena kurang gizi ataupun mencegah meluasnya
masalah gizi. Departemen Kesehatan melalui Direktorat Bina Gizi Masyarakat
mempunyai berbagai program untuk menanggulangi masalah gizi. Program-program
ini bergulir sampai tingkat kecamatan/kelurahan. Disamping itu banyak sektor
swasta dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang menyelenggarakan program
gizi selaras dengan program yang diluncurkan oleh Departemen Kesehatan.
Pengetahuan dan ketrampilan ahli gizi sangat dicari untuk mengoperasikan program
ini, baik sebagai pencari/pengolah data, konsultan/penyuluh ataupun tenaga
pelaksana.
Bidang Pencegahan Penyakit Degeneratif
Kemajuan ekonomi yang berhasil diraih oleh sebagian masyarakat Indonesia, telah
merubah gaya hidup. Gaya hidup berlebih atau “affluent” mereka antara lain dengan
pola konsumsi makanan yang berubah, telah turut mendorong terjadinya penyakit
degeneratif. Hampir sama dengan masalah sebelumnya, maka masalah degeneratif
sudah pula merebak di masyarakat Indonesia. Tingkat pendapatan sebagian
masyarakat yang meningkat dan banyaknya tersedia makanan siap saji, telah
memicu mereka untuk merubah gaya hidup yang disesuaikan dengan globalisasi.
Dari angka-angka statistik dapat dilihat bahwa penyakit kencing manis, penyakit
jantung, penyakit hati yang dulu hanya disandang oleh orang–orang umur di atas 50
tahun, dewasa ini sudah diderita oleh mereka yang berumur jauh lebih muda. Ahli
gizi berperan memberi konsultasi dan penyuluhan tentang pola makan yang baik
dalam rangka mencegah ataupun dalam proses penyembuhan penyakit–penyakit
degeneratif ini.
Bidang Bioteknologi Bahan Pangan
Kemajuan teknologi manusia yang didorong oleh kebutuhan manusia modern telah
menghasilkan produk-produk transgenik termasuk produk bahan makanan. Berbagai
silang pendapat masih terjadi apakah produk-produk ini layak dikonsumsi. Dunia
yang semakin dipadati oleh bermilyar manusia ini, memaksa para ahli bioteknologi
untuk mencari jalan keluar dalam upaya mencukupi kebutuhan pangan. Dalam upaya
ini seringkali suatu rekayasa genetik untuk meningkatkan hasil pangan terpaksa
dilakukan dan seringkali tidak memperhitungkan dampak merugikan bagi organisme
lain. Dewasa ini rekayasa genetik makanan atau “genetically modified foods” sudah
dilakukan antara lain terhadap kedele dan beras. Bagi ahli gizi yang tertarik dalam
bidang ini, tentu saja menjadi awal yang sangat baik untuk terjun ke dunia rekayasa
genetik ini. Anda bisa menjadi peneliti, atau penyuluh makanan rekayasa genetika.
Kemungkinan Bekerja di Luar Negeri
Keluar negeri? Mengapa tidak. Perjanjian AFTA (Asean Free Trade Area) yang sudah
akan berlaku pada tahun 2003 mengisyaratkan adanya kebebasan bagi profesional
untuk bekerja di luar negaranya. Dengan demikian ahli gizi Indonesia bisa saja
bekerja di negara-negara lain khususnya di kawasan Asean. Gejala yang mengemuka
di penghujung milenium kedua adalah dengan banyaknya ahli gizi lulusan luar negeri
yang masuk ke Indonesia. Mereka adalah lulusan dari Jepang, Philipina, Negeri
Belanda dan Jerman. Mereka datang ke Indonesia dan bekerja di bidang gizi klinik
dan dietika. Sebaliknya ahli gizi Indonesiapun seharusnya dapat bekerja di luar
negeri. Tentu saja persiapan bahasa asing, khususnya Inggris harus dilakukan sedini
mungkin, karena tanpa bahasa internasional yang memadai, cita-cita ini akan lebih
sulit menjadi kenyataan.
BAGAIMANA
MEREBUT PASAR
KERJA
Merebut pasar kerja merupakan hal yang wajar dewasa ini. Instansi atau perusahaan
yang memerlukan tenaga ahli gizi, tentu akan memilih ahli gizi yang unggul di semua
bidang. Meskipun saat ini peluang untuk bekerja sebagai pagawai negeri ataupun
karyawan swasta masih terbuka, tetapi ahli gizi baru lebih banyak yang berminat
bekerja di sektor swasta. Adanya kebijakan pertumbuhan nol atau “zero growth”
untuk pengangkatan pegawai negeri saat ini, membuat peluang untuk mencari
pekerjaan lebih banyak dibidang swasta. Untuk bersaing memperoleh pekerjaan
yang diinginkan, tentunya diperlukan kemampuan tersendiri. Penyedia lapangan
kerja tidak dengan mudah menerima lamaran tenaga ahli gizi, biasanya pelamar
pekerjaan diminta untuk mengajukan bermacam-macam syarat antara lain riwayat
hidup, resume dan sebagainya. Suasana kompetitif memang menjadi nuansa sehari-
hari dalam merebut pasar kerja. Ahli gizi yang belum mencapai tataran kompetitif
atau “competitive edge” hampir pasti dikalahkan oleh mereka yang sudah meraih
tataran itu.
Fenomena Kompetitif
Persaingan dalam merebut pasaran kerja merupakan fenomena yang semakin
mengemuka di permulaan abad ke 21 ini. Berbagai macam jenis profesi, yang
beberapa dekade yang lalu kurang dikenal, dewasa ini sudah terlihat dalam
persaingan ini. Profesi ahli gizi merupakan profesi yang sudah dikenal pada sekitar
awal tahun 1950-an (pada waktu itu dikenal sebagai ahli diet) dan kini semakin
dibutuhkan keberadaannya sebagai mitra kerja masyarakat dalam meraih hidup
sehat. Dengan semakin meruncingnya persaingan merebut pasar kerja, maka
diperlukan kiat-kiat khusus dan jitu sehingga profesi gizi semakin dikenal dan
memperoleh lahan kerja yang memadai. Wacana persaingan kerja ini semakin
meruncing dengan kebijakan tidak adanya penambahan pegawai negeri kecuali
untuk mengganti mereka yang meninggal dunia atau pensiun. Untuk meraih tataran
kompetitif, maka seorang ahli gizi harus selalu belajar, bahkan sekalipun dia sudah
bekerja gairah belajar harus tetap dipelihara dan menjadi kesehariannya.
Mencari Lowongan Kerja
Peluang kerja dapat diperoleh dari iklan-iklan dimedia massa (surat kabar, majalah),
ataupun melalui informasi dari pihak Akademi Gizi. Beberapa perusahaan yang
membutuhkan tenaga Ahli Gizi, mengirimkan surat permintaan tenaga ke Akademi
Gizi dengan disertai syarat-syarat atau kualifikasi yang diinginkan. Untuk
mempermudah proses penerimaan, pihak Akademi Gizi menyediakan fasilitas bagi
perusahaan yang ingin melakukan proses seleksi penerimaan di kampus Akademi
Gizi. Selain itu peluang kerja juga dapat diperoleh dari membangun usaha sendiri.
Antara lain dibidang usaha jasa boga khususnya makanan diet, usaha klinik
konsultasi gizi. Untuk ahli gizi baru lulus, sebagai syarat untuk melamar harus
menyediakan fotocopy ijazah dan transkrip akademik yang telah dilegalisir. Dalam
mencari pekerjaan hendaknya bersikap proaktif, antara lain dengan membaca iklan
lowongan kerja di media massa, menghubungi pihak Akademi Gizi ataupun mencari
informasi dari teman/alumni Akademi Gizi.
MENINGKATKAN
KEMAMPUAN
DIRI
Meningkatkan kemampuan diri, berarti belajar seumur hidup. Dengan belajar,
wawasan bertambah dan pada akhirnya akan meningkatkan kemampuan kita. Dalam
upaya mengantisipasi perubahan ilmu dan teknologi, maka kemampuan untuk
belajar menjadi ketrampilan tersendiri (“learning how to learn”). Hal sangat sulit
adalah menundukkan penyakit malas belajar, apalagi kalau merasa bahwa dirinya
tidak mampu atau kedudukannya sudah sangat mapan. Perasaan puas seringkali
menjadi salah satu faktor sehingga orang lupa untuk selalu belajar dan
meningkatkan kemampuan. Kemampuan berbahasa, selalu bersikap positif, dan
ketrampilan interpersonal adalah beberapa dari banyak faktor sehingga orang mau
belajar, untuk menjadi pembelajar abadi.
Magang
Awal timbulnya profesi adalah dengan cara magang. Seorang profesional senior,
mempersilakan teman-temannya untuk melihat dan kemudian membantunya dalam
melakukan pekerjaan profesi. Apabila tiba waktunya maka seorang profesional senior
menyuruh pemagang untuk melakukan pekerjaan profesi dengan pengawasan. Kalau
seorang profesi yang lebih senior sudah yakin betul bahwa pemagang mampu
melakukan pekerjaan profesi yang diharapkan, maka dia akan mengumumkan
kepada teman-teman seprofesi, bahwa pemagang baru itu telah mahir dan
dimintakan persetujuan untuk dinyatakan sebagai anggota profesi. Proses semacam
ini disebut sebagai “magang”. Dengan magang pada ahli gizi senior di suatu latar
kerja, maka ahli gizi baru dapat menimba banyak pengetahuan dan pengalaman
kerja.
Kemampuan Berbahasa dan Menggunakan Komputer
Bahasa adalah alat komunikasi. Lebih banyak macam bahasa dikuasai oleh pencari
kerja, maka lebih tinggi kemungkinan untuk memperoleh pekerjaan. Dengan bahasa
penyedia pekerjaan dapat mengukur tingkat intelektualitas dan kesungguhan pencari
kerja untuk merebut lowongan. Kalau kita memperhatikan maka tidak ada lowongan
pekerjaan yang tidak mempersyaratkan kemampuan berbahasa. Kepampuan
berbahasa asing utama yang diminta adalah bahasa Inggris. Tetapi banyak penyedia
pekerjaan yang juga memberikan nilai lebih pada pencari kerja yang mampu
berbahasa asing lain seperti bahasa Mandarin, Jepang, atau bahasa Arab. Ini tidak
berarti bahwa kita tidak perlu bahasa Indonesia. Banyak orang yang mempunyai
pendidikan tinggi tetapi tidak mampu mengungkapkan pendapatnya dalam bahasa
Indonesia yang baik dan benar, apalagi dalam bahasa asing khususnya Inggris. Oleh
karena itu, bahasa asing, khususnya bahasa Inggris, perlu dipersiapkan jauh-jauh.
Tidak ada lowongan pekerjaan tanpa mempersyaratkan kemampuan bahasa Inggris.
Kemanpuan lain yang sering ditanya adalah apakah kita dapat bekerja dengan
komputer. Dalam hidup dalam dunia yang semakin modern, kehadiran komputer
menjadi suatu keharusan. Pekerjaan berat dan makan waktu akan menjadi lebih
ringan dan hemat waktu. Sayangnya masih banyak lembaga pendidikan yang tidak
mempunyai fasilitas belajar komputer. Lebih disayangkan lagi, masih banyak orang
yang tidak memperdulikan komputer. Mereka baru merasakan manfaatnya, setelah
ditanya apakah ia mampu bekerja dengan komputer.
Membina Sikap Positif
Dalam suatu penelitian di Universitas Harvard, Amirika Serikat, diungkapkan bahwa
apabila seseorang diterima mengisi lowongan pekerjaan, maka 85% sisanya karena
kepandaian orang itu. Memang masih banyak salah persepsi di banyak lembaga
pendidikan yang lebih mementingkan kepandaian peserta didik dibanding dengan
sikap. Sikap atau “attitude” memang merupakan istilah yang sangat penting dalam
nuansa merebut lowongan pekerjaan. Sikap seseorang diterapkan dalam setiap
aspek kehidupan, juga kehidupan pribadi dan profesional. Apakah kita mampu
menjadi seorang karyawan yang baik tanpa sikap yang baik. Apakah kita mampu
menjadi staf yang unggul tanpa sikap yang terpuji. Oleh karena itu pondasi
keberhasilan adalah sikap. Sikap yang baik biasanya dimiliki oleh mereka yang
memiliki keperibadian unggul yang lebih banyak memperhatikan kepentingan orang
lain daripada kepentingan diri sendiri. Mereka yang mempunyai sikap positif akan
memperoleh berbagai keuntungan. Misalnya meningkatkan produktifitas,
menguatkan hasil kerja dalam tim, memecahkan masalah, meningkatkan mutu
pekerjaan, memperkuat hubungan dengan karyawan atau teman lain, mengurangi
stress, membantu orang lain menjadi anggota masyarakat yang baik dan aset
tempat bekerja. Sebaiknya sikap negatif akan sangat merugikan. Kehidupan seorang
dengan sikap negatif akan menjadi hambatan, dan mereka sendiri akan menjadi
hambatan besar. Mereka sulit mempunyai teman, pekerjaan, bahkan perkawinan.
Selanjutnya sikap negatif akan menyebabkan kehidupan tanpa tujuan, stress tinggi
bagi dirinya dan juga orang lain. Nah, apabila kita mengetahui bahwa kita
mempunyai sikap-sikap tertentu yang negatif, mengapa hal ini tidak kita rubah
menjadi positif sekarang juga?
Membangun Ketrampilan Interpersonal
Orang yang berhasil dalam bidangnya berarti dia telah berhasil menunjukkan
keperibadian magnetis sehingga melahirkan karisma. Dengan keperibadian yang
baik, orang mampu membina kerjasama dengan banyak orang lain. Dalam suatu
percakapan hendaknya dipelihara kehangatan, suara yang tidak terlalu keras
ataupun terlalu lembut, pembawaan pribadi menyenangkan tanpa kahilangan
percaya diri. Pribadi menyenangkan adalah suatu kombinasi sikap, tingkah-tingkah,
dan ekspresi. Menampilkan ekspresi yang menyenangkan adalah paling penting
dibandingkan menampilkan apapun. Disamping ekspresi maka seseorang
memerlukan karakter terpuji. Hubungan antara satu manusia dengan manusia lain
berarti hubungan kepercayaan. Apabila terjadi ricuh kepercayaan berarti terjadi ricuh
kebenaran. Oleh karena itu berkaitan keterampilan interpersonal harus dibangun
kepercayaan antara orang-orang. Faktor yang berpengaruh dalam membangun
kepercayaan adalah :
1.Reliabilitas (reliability) Reliabilitas membangun prediksi dan ini karena adanya komitmen.
2.Konsisten (consistent)Konsisten membina keyakinan, keteguhan dan kepercayaan.
3.Hormat (respect)Hormat kepada diri dan orang2 lain menyiratkan martabat dan menunjukkan
sikap saling peduli
4.Adil (fairness)Menggambarkan kedilan dan integritas.
5.Terbuka (openness)Menunjukkan terjadinya lalu lintas komunikasi dua arah.
6.Serasi (congruence)Antara aksi dan dan kata-kata harus harmonis. Perkataan berbeda dengan perilaku menimbulkan keraguan.
7.Trampil (competence)Kompetensi timbul dari orang yang memang mempunyai kemampuan dan sikap luhur.
8.Integritas (integritty)Integritas adalah kunci utama kepercayaan.
9.Terima (acceptance) Kita harus saling menerima siapapun berikut kelebihan dan kekurangannya.
10.Karekter (character)Seseorang mungkin mempunyai kopentensi berlebih, tetapi kalau karekter tidak baik, dia akan kehilangan kepercayaan.
thanks. infony lebih terbuka wawasan mengenai prospek kerja gizi. =)
ReplyDelete